Heritage Intelligence

Mendengar intelijen ingatan langsung tertuju kepada James Bond 007, CIA, KGB, dan Mossad. Institusi intelijen Negara yang bekerja dalam ketertutupan dan menyeramkan seperti kisah Victor Ostrovsky atau novel Body of Lies karya David Ignatius. Intelijen Benda Cagar Budaya (Heritage Intelligence) bukan merupakan pengenjawantahan dari Lembaga Intelijen Negara, melainkan pekerjaan penelitian dan pendokumentasian tentang keberadaan benda cagar budaya yang ada di Indonesia. Banyaknya peninggalan kekayaan artefak sejarah yang telah lenyap atau musnah, sehingga menciptakan kerugian besar hampir disetiap sektor baik dari Ilmu pengetahuan, sosial-budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan Negara.
Ketidak berdayaan pembuktian kekayaan dan kerugian Negara tentang peninggalan sejarah, yang telah hilang maupun masih ada merupakan 'titik lemah' untuk dapat menjelaskan dan mempertanggung jawabkan kepada publik.
Sebagaimana contoh hancurnya bangunan di proklamasi, dimana potret nyata detik-detik bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Pertanyaan kerugian apa saja yang diciptakan dari kehancuran bangunan proklamasi tersebut? Ternyata ketika di 'bedah' anatominya sungguh membuat kepala cekot-cekot, dari sisi Ilmu pengetahuan bukti nyata keberadaan fisik bangunan sudah tidak ada. Di dalam ranah berbeda seperti contoh ketika pulau Sipadan dan Ligitan diakui oleh Mahkamah Internasional di Belanda, fisik bangunan yang terdapat dikedua pulau tersebut adalah milik Malaysia. Pada akhirnya secara de jure maupun de fakto pulau Sipadan dan Ligitan milik sah Malaysia.
Terperanjat bahwa eksistensi fisik bangunan bukan persoalan sederhana, cara pandang melihat fisik bangunan selama ini hanya dilihat dari 'kaca mata kuda' yang melulu diukur dari perspektif estetika dan ekonomis semata. Padahal sebuah bangunan diciptakan melampaui tapal batas estetika dan ekonomi, sebagaimana masyarakat Jawa membangun rumah Panggang pe Ceregancet mirip dengan jasad hidup yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan penghuninya.

Database Benda Cagar Budaya

Film petualangan Indiana Jones, National Treasure, dan Da Vinci Code, membuat adrenalin penonton terpacu. Kecerdasan mengumpulkan serpihan informasi yang tercecer, sehingga teka-teki dapat terpecahkan dan disusun ulang. Sungguh sebuah inspirasi. Tersebar dan terseraknya artefak benda cagar budaya dari berbagai wujud, baik dari sisa-sisa peninggalan kerajaan Nusantara sampai peninggalan kolonial. Sampai saat ini masih dalam 'terawangan' sebagai analogi berjalan dikegelapan tanpa cahaya. Keberadaan UU.No.5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan UU.No.26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang masih dalam tahap konsepsional, belum memasuki 'ranah' operasional di dalam pelestarian benda cagar budaya. Inventarisasi pendokumentasiaan sebagai database keberadaan benda cagar budaya dari berbagai ragam bentuk, sampai saat ini masih belum dapat direalisasikan. Padahal database tersebut merupakan 'peta hidup' sebagai alat deteksi dini, perihal kelangsungan pelestarian benda cagar budaya di Indonesia. Karena bila terwujud pendokumentasian tersebut, publik dapat mengetahui dan menjaga pelestarian dari benda cagar budaya yang dilindungi oleh Negara. Fungsi database dapat memberikan suguhan informasi, berapa jumlah benda cagar budaya yang dimiliki seperti Gedung, Benteng, Rumah, Masjid, Gereja, Vihara, Pusaka dan lain sebagainya. Dengan adanya informasi keberadaan artefak sejarah ini, penghancuran dan pencurian dapat maksimal dihindari.
Pendokumentasian mempunyai peran ganda di satu sisi dapat menjadi alat kontrol, disisi lain merupakan alat sosialisasi dari Undang-Undang tentang Benda Cagar Budaya yang murah dan efektif kepada warga Negara.

Benda Cagar Budaya dan Keamanan Nasional

Perjuangan panjang Vasco da Gama (1497-1499) mencapai India melalui Tanjung Harapan telah berhasil gilang gemilang, dari keberhasilan ini maka terbuka lebar pintu masuk pelayaran bangsa Eropa ke Asia. Setelah Tanjung Harapan ditundukkan, kini giliran Melaka dikuasai Portugal (1511).
Di dalam kurun waktu 11 tahun tepatnya pada tahun 1522 ekspedisi Ferdinand Magellan dari Spanyol berhasil mencapai Maluku, selisih waktu 57 tahun (1522-1579) Francis Drake dari Inggris datang menyusul ke kewilayah 'surga rempah-rempah' Maluku. Berawal dari rempah-rempah nafsu serakah untuk menguasai dalam wajah kolonialisme tertancap di bumi Maluku, gesekan kepentingan untuk saling menguasai antara Portugal dan Spanyol di Maluku pada abad XVI tidak dapat terhindarkan. Maka keluar perjanjian Tordesillas (1494) dan menyusul perjanjian Saragossa (1527) antara Spanyol dan Portugal. Hal hasil dari perjanjian tersebut Portugal dapat menguasai Maluku.
Kilasan sejarah tersebut merupakan 'rekam jejak' kolonialisme pertama kali hadir di bumi jamrud khatulistiwa, taktik dan strategi kolonial di dalam melakukan infiltrasi sampai menuju invasi dapat ketahui. Fakta penjajahan dapat ditelusuri melalui artefak seperti Benteng Victoria (1605) yang dibangun Portugal di Maluku, berfungsi sebagai benteng pertahanan. Juga Benteng Oranje (1607) di Ternate yang dibangun oleh Cornelis Matelief de Jonge (Belanda). Benteng ini pernah dijadikan pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda (Gubernur Jenderal) Pieter Both, Herald Reynst, Laurenz Reaal, dan Jan Pieterszoon Coen.
Dari Benteng pertahanan sampai rute perjalanan alur laut kolonial memasuki Nusantara, sebagaimana diketemukannya beberapa artefak kapal laut kolonial yang karam di dasar laut. Dan legitimasi Mahkamah Internasional tentang batas kedaulatan wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI), mengacu pada peninggalan tanah jajahan Belanda. Dengan demikian 'patok batas' secara fisik peninggalan Belanda, kedepan menjadi sesuatu yang vital di dalam pembuktian wilayah kedaulatan Negara.
Walaupun bukan konteks benda cagar budaya, tetapi masih dalam 'satu tarikan nafas' peristiwa dikuasainya Pulau Sipadan dan Ligitan oleh Malaysia, karena lemahnya bukti otentik di Mahkamah Internasional. Merupakan pertanda urgensinya fisik bangunan dalam wilayah hukum Internasional. Serta perluasan pembangunan fisik didaratan Singapura melalui 'pasir laut', hampir saja mencaplok kedaulatan Indonesia khususnya pulau Nipa dan pulau lainnya disekitar wilayah propinsi kepulauan Riau. Satu lagi peristiwa penghancuran taman didepan stasiun Beos kota, dimana wilayah itu merupakan 'ring satu' zona benda cagar budaya. Kepentingan bisnis lebih penting daripada keamanan. Pembangunan shelter busway dan terowongan untuk pedestrian mengakibatkan dampak buruk bagi bangunan tua disekitarnya. Tercatat sedikitnya empat bangunan tua yang langsung terkena dampak negative yang diakibatkan dewatering saat pembangunan terowongan tersebut, keseimbangan air tanah disekitar lokasi terganggu. Dan keempat bangunan tua mengalami penurunan pondasi, dan dampak negatif apa yang akan tercipta kedepan? Tidak ada yang dapat mengatahui dan diperlukan kajian mendalam. Sampai saat ini kejelasan tentang barang sitaan Negara dari hasil penangkapan eksplorasi kapal VOC yang karam secara illegal, berapa jumlah dan nilai harta karun tersebut dan disimpan dimana masih dalam misteri.
Saksi bisu benda cagar budaya ternyata faktual dapat 'berbunyi' dan berkata jujur tanpa ada rekayasa maupun kebohongan.

Intelijen Benda Cagar Budaya (Heritage Intelligence)

Cegah tangkal di dalam pelestarian benda cagar budaya sudah waktunya diperkuat, perhitungan secara matematis tentang kekayaan 'adi luhung' bangsa Indonesia belum dapat direalisasikan. Kemampuan IPTEK di dalam kalkulasi sumber daya alam (SDA) kekayaan laut sudah dapat dihandalkan di negri kepulauan ini, padahal dahulu sebelum teori tersebut ada masih merupakan sesuatu yang 'ghaib' diwilayah alam bawah sadar. Sosok manusia dapat terbang Gatot Kaca yang hanya ada dalam cerita pewayangan, tersentak bahwa cerita itu bukan mitos melainkan teknos dengan kemampuan di dalam rekayasa teknologi kapal terbang (Dirgantara Indonesia).
Eksistensi heritage intelligence di dalam melakukan penelitian dan pendokumentasian, serta dapat juga melakukan 'audit' benda cagar budaya, merupakan pemecah dari kebekuan dan kerapuhan mengatasi permasalahan benda cagar budaya. Generasi kedepan perlu diberikan 'menu' visualitas bukan virtualitas. Melalaui intelijen benda cagar budaya sesuatu yang absurd menjadi rasional, investigasi tapak tilas untuk dapat mengumpulkan kembali serpihan sejarah yang tercecer dan hilang. Seperti analogi menjahit pakaian yang sudah usang termakan jaman, memerlukan sentuhan ketekunan penjahit handal. Semoga.***

BAROUSAI, BARUS, ATAU FANSUR: KISAH CEMERLANG DARI BERIBU TAHUN SILAM

BAROUSAI, BARUS, ATAU FANSUR:

KISAH CEMERLANG DARI BERIBU TAHUN SILAM

Kota bandar di tepian pantai barat Sumatra yang berabad lalu menjadi sebuah perkampungan multi-etnis yang penuh guyub, sarat daya tarik bagi para pedagang di hampir seluruh penjuru bumi, juga menjadi pintu masuknya berbagai peradaban dan agama-agama besar di bumi Nusantara itu kini telah sepi.

BARUS saat ini hanya sebuah ibukota Kecamatan, di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Posisinya berada di pinggir pantai barat Sumatera, sekitar 60 km sebelah utara Sibolga, atau sekitar 414 km dari Medan. Tidak ada yang istimewa. Begitu juga dengan Desa Lobutua, sekitar 4 km ke arah barat dari Barus. Juga layaknya sebuah desa, sepi. Meskipun sesekali para peziarah datang silih-berganti, menapaki sejarah sebuah kota banda yang jauh di awal abad masehi pernah begitu cemerlang dan menggemparkan sekujur bumi.

Dan boleh jadi, Barus adalah satu-satunya kota yang tercatat di dalam buku yang terbit di awal masehi, sehingga menempatkannya sebagai kota tertua di bumi Nusantara. Adalah Claudius Ptolomaios[1], seorang geograf Yunani yang dalam bukunya dari abad ke dua Masehi, Geographike Hyphegesis menuliskan nama negeri Barousai di Chryse Chora (Pulau Emas) yang antara lain oleh van der Meulen disimpulkan sebagai Sumatra[2].

Tapi apa gerangan yang menjadikan kota bandar ini begitu mempesona orang Yunani, China, India, dan bahkan juga para Pharao di Mesir kuno?

Jawabnya tak lain adalah kapur barus (bhs Belanda: kamfer, dan mungkin dari kata kapur yang diucapkan kofur oleh bangsa Arab).[3] Konon, kapur barus asal kota barus inilah yang paling banyak dicari karena kualitasnya yang terbaik, paling laku dan harganya kurang lebih 8 kali lebih mahal daripada kapur-kapur barus asal tempat lain[4]. Dalam catatan pelancong Italia, Marco Polo bahkan disebutkan bahwa, harga kapur barus kala itu setara dengan harga emas dengan berat yang sama[5].

Seorang Belanda pernah menulis bahwa kemenyan dari Barus, telah dipakai sebagai salah satu bahan mengawetkan (membalsem) mayat raja-raja di Mesir sebelum Masehi[6]. Jika dugaan ini benar, maka berarti kota bandar Barus ini sudah ada sejak 5.000 tahun SM. Perkiraan akhir itu, didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir'aun Mesir Kuno salah satu pengawetnya menggunakan kanper atau kapur Barus. Sejarawan era kemerdekaan Moh. Yamin, bahkan memperkirakan bahwa, perdagangan rempah-rempah dan tentu saja kamfer, sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6.000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia.

Hasil penelitian Innis Miller terhadap naskah Historia Naturalis karya Plinius di abad pertama juga sudah menunjukkan bahwa, para pedagang Nusantara pun ternyata sudah menjajakan komoditas mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur sejak abad permulaan Masehi[7]. Sementara Prof. Kern[8] pernah menulis bahwa Kota “P’o-lu-chi” yang dimaksud I Tsing di abad ke-7, tidak lain dari Barus[9]. Seorang penyair Arab sebelum Islam, Amru al-Qais (meninggal tahun 530 Masehi), sangat memuji keharuman kafur dalam syair-syairnya[10].

Begitu pentingnya kota Barus ini—mungkin bisa disamakan dengan Paris pada abad modern yang terkenal dengan inovasi parfumnya—maka sejak zaman dulu dalam dunia dagang telah dikenal nama-nama Baros, Balus, Pansur, Fansur, Pansuri[11], Kalasaputra[12], Karpura-dwipa, Barusai, Waru-saka dan lain-lain.

Dan tentu, seperti kata pepatah, ada gula ada semut. Pesona kapur barus dari selatan ini menggoda banyak pendatang. Sebagaimana dicatatan Ptolomaios, selain para penjelajah dari Yunani, juga datang pedagang dari Venesia, India, Arab dan Tiongkok. Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Sekte Nestorian dari Konstantinopel, pusat Kerajaan Byzantium Timur, juga menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600 M dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.

Dewan Gereja-gereja di Indonesia juga memercayai sejak tahun 645 Masehi di daerah Barus telah masuk umat Kristen dari sekte Nestorian. Keyakinan tersebut didasarkan pada buku kuno tulisan Shaikh Abu Salih al-Armini. Sementara itu, penjelajah dari Armenia Mabousahl mencatat bahwa pada abad ke-12 telah terdapat Gereja Nestorian.

Lalu datanglah para pedagang Arab memasuki Barus sekira 627-643 M atau sekitar tahun 1 Hijriah, dan menyebarkan agama Islam di daerah itu. Di antaranya Wahab bin Qabishah mendarat di Pulau Mursala pada 627 M. Ada juga utusan Khulafaur Rasyidin, bernama Syekh Ismail akan ke Samudera Pasai dan singgah di Barus, sekira tahun 634 M. Dan sejak itu pula, tercatat bangsa Arab (Islam) mendirikan koloni di Barus. Bangsa Arab menamakan Barus dengan sebutan Fansur atau Fansuri, misalnya oleh penulis Sulaiman pada 851 M dalam bukunya "Silsilatus Tawarikh."

Kedatangan bangsa Arab yang kemudian menyebarkan agama Islam itu juga disebutkan dalam berita-berita Cina, Hsin-Tang-shu[13] (Catatan Dinasti Tang, 618-907), dan Chu-fan-chi[14] (Catatan Negeri-negeri Asing) yang ditulis Chau Ju-kua pada tahun 1225. Di dalam dua kronik Cina itu banyak bercerita tentang Ta-shi, istilah Cina untuk menyebut Arab. (Chu-fan-chi menerangkan bahwa Ta-shi mempunyai seorang Buddha (maksudnya Nabi) yang bernama Ma-ha-mat (Muhammad). Dalam sehari mereka lima kali sembahyang, dan setiap tahun berpuasa selama sebulan penuh. Dinasti Ta-shi ada dua macam, yaitu white-robed Ta-shi (Arab berjubah putih) atau Pon-ni-mo-huan (Bani Marwan, atau Bani Umayyah), serta black-robed Ta-shi (Arab berjubah hitam) yang didirikan raja A-po-lo-pa (Abul-Abbas)[15]. Pada tahun 651 Masehi, raja Ta-shi (Arab) bernama Han-mi-mo-mi-ni mengirimkan utusan ke istana Cina[16]. Hampir dapat dipastikan bahwa nama Han-mi-mo-mi-ni dalam ucapan Cina ini adalah untuk Amir al-Mu’minin, gelar resmi para khalifah Islam, dan “raja Ta-shi” yang mengirimkan utusan itu adalah Khalifah `Utsman ibn Affan yang memerintah dari tahun 644 sampai 656. Hsin-Tang-shu mencatat bahwa pada tahun 674 terdapat pemukiman pedagang Ta-shi (Arab) di Po-lu-shih, daerah pantai barat Sumatera.[17]

Tentu, dapat dibayangkan betapa makmurnya kota Barus pada awal abad masehi ini, dengan penduduk yang sebagian besar terdiri atas kaum pedagang. Pertanyaannya kemudian, siapakah yang menggerakkan semua perdagangan hingga jauh ke negeri seberang itu?

Seorang bekas kontrolir Belanda, G.J.J. Deutz, sewaktu bertugas di Barus,[18] menulis bahwa menurut rakyat setempat di Desa Lobutua pernah didapat penduduk sebuah batu bertulis pada dua bagian. Tetapi sayang, batu itu pada tahun 1857 dipecahkan oleh Raja Barus bernama Mara Pangkat. Pada tahun 1872 Deutz banyak menemukan pecahan batu peninggalan zaman Hindu yang telah dilupakan orang, telah berlumut. Dan baru pada tahun 1932, prasasti itu diterjemahkan Profesor Nila-kanti Sastri dari Universitas Madras.[19]

Prasasti itu menyebutkan bahwa paling sedikit sejak abad ke-11, telah bermukim di kota Barus sebuah koloni bangsa Tamil. Menurut batu Lobutua itu, mereka tergabung dalam sebuah perusahaan bernama “kelompok 500″ yang tidak asing lagi bagi orang-orang India waktu itu. Perusahaan swasta yang mereka wakili, merupakan perusahaan dagang cukup kuat, merdeka dalam tindakan dan tidak gampang tunduk pada salah satu raja yang berkuasa di sekitar Barus. Mereka yang berdiam di Barus inilah yang membeli beberapa hasil dari rakyat—utamanya kapur barus—untuk diekspor ke luar negeri.

Menurut Gnillout Claude[20], Barus adalah sebuah kota kuno di pantai barat Propinsi Sumatera Utara yang terkenal di seluruh Asia, sejak lebih dari seribu tahun, berkat hasil hutannya. Selain itu, nama Barus juga muncul dalam sejarah peradaban Melayu dengan Hamzah Fansuri, penyair mistik terkenal yang baru-baru ini ditemukan kembali makamnya di Mekkah. Sementara itu, tim arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis bekerjasama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya. Tim tersebut juga menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan dan bahkan ribuan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur.

Dan semua kemakmuran itu berkat aroma kapur barus yang diolah dari kayu kamfer. Hanya kini, komoditi yang begitu mempesona di masa silam itu, hingga konon juga dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi itu, kini sudah lama tidak lagi diproduksi

Di komplek makam Syekh Machmud yang tertata rapi dan terletak di Bukit Papan Tinggi dan memang betul-betul tinggi sehingga harus melewati 710 anak tangga ini, menggantung sebuah tulisan, “Beri Salam dan Alas Kaki dibuka.” Seakan mengakhiri sebuah kisah perjalanan sebuah kota bandar di tepian pantai barat Sumatra yang berabad lalu menjadi sebuah perkampungan multi-etnis yang penuh guyub, sarat daya tarik bagi para pedagang di hampir seluruh penjuru bumi, juga menjadi pintu masuknya berbagai peradaban dan agama-agama besar di bumi Nusantara itu kini telah sepi.**



[1] Barus telah disebut oleh Ptolomeus kira kira tahun 150 Masehi. (Kozok, 1991, 14)

[2] W. J. van der Meulen, “Suvarnadvipa and the Chryse Chersonesos”, Indonesia, 18, October 1974, h. 1

[3] Encyclopdeia van Nederlandsch Indie

[4] Ada tiga jenis kapur barus pada saat itu yaitu: Kapur barus dari Kalimantan dan Sumatera (Dryobalanops aromatica), Kapur barus dari China dan Jepang (Cinnamomum Camphora) yang banyak beredar dipasaran dan yang ketiga adalah Blumea balsami- fera, yang diproduksi di China dengan nama kapur barus Ngai. Harga dari kapur barus asal Sumatera ini kira-kira 138 kali lebih mahal dari kapur barus China dan Jepang. (Hobson-Jobson, Glossary of Anglo-Indian Words and Phares)

[5]Travel of Marco Polo,” Buku 3 Bab 9 dan Buku 2 Bab 8 by Marco Polo dan Rustichello of Pisa

[6] Sumatra Benzoe, Disertasi P.H. Brans

[7] J. Innis Miller, The Spice Trade of the Roman Empire, Oxford University Press, London, 1969, terutama Bab “The Cinnamon Route”

[8] Verspreide Geschriften No VI, halaman 15

[9] Po-lu-chi atau Po-lu-suo terkadang sering keliru diterjemahkan dalam text China dengan Bo-si atau Persia. Barus ini juga sering disebut sebagai Bon-cu, Bian-shu atau Bin-cuo. (Roderich Ptak, Possible Chinese Reference to the Barus Area (Ming to Tang) in Claude Guillot (ed.) Histoire de Barus, Sumatera: Le Site de Lobu Tua I, Etudes et Documents, Paris, Cahier d’Archipel 30, 1998, pp. 119-138)

[10] Oliver W. Wolters, Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, terutama Bab 8

[11] Dari Desa Pansur sedikit di utara Barus

[12] Dari kata Kalasan, daerah penghasil kapur barus antara Kota Barus dan Sungai Chenendang

[13] Diterjemahkan oleh Paul Pelliot, “Deux Itineraires de Chine en Inde a la Fin du VIIIe Siecle”, BEFEO, 4, 1904, hal. 132-413

[14] Diterjemahkan oleh Friedrich Hirth dan W. W. Rockhill, Chau Ju-kua: His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteenth Centuries, entitled CHU-FAN-CHI, Imperial Academy of Sciences, St.Petersburg, 1911

[15] Lihat: F. Hirth dan W.W.Rockhill, hh. 114-124

[16] Berita ini tercantum dalam kronik Tung-tien buku 193 nomor 22b. Lihat: F.Hirth dan W.W.Rockhill, h. 119

[17] Paul Pelliot, h. 297. Lihat juga W. P. Groeneveldt, Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources, Bhratara, Jakarta, cetak ulang 1960, h. 14.

[18] Barus, G.J.J. Deutz, Tijdschr No. 22 tahun 1875

[19] A Tamil Merchant-guild in Sumatera oleh Prof. N. Sastri dalam Tijdschr No 72 tahun 1932

[20] “Lobu Tua Sejarah Barus”, Obor, 2002

Senin, 15 September 2008

Singapura (SIB)-sinar Indonesia baru
Tersangka teroris nomor 1 di Singapura berhasil kabur. Pasukan keamanan Singapura kini sibuk mengejar Mas Selamat Kastari, yang disebut-sebut sebagai komandan kelompok Jemaah Islamiyah di Singapura.
Warga negara Singapura itu lari dari penjara pada Rabu, 27 Februari kemarin. Pria kelahiran Indonesia pada 23 Januari 1961 itu diduga terlibat dalam rencana penyerangan target-target Singapura termasuk kedutaan AS dan gedung-gedung pemerintah.
“Mas Selamat adalah pemimpin jaringan Jemaah Islamiyah (JI) di Singapura. Dia berjalan pincang dan saat ini sedang berkeliaran bebas,” demikian statemen Kementerian Urusan Dalam Negeri Singapura seperti dilansir Sydney Morning Herald, Kamis (28/2).
“Sumber daya polisi secara besar-besaran telah dikerahkan untuk mengejarnya,” imbuh kementerian. Namun tidak dijelaskan bagaimana cara tersangka teroris itu kabur.
Mas Selamat pernah meninggalkan Singapura pada Desember 2001 menyusul penangkapan hampir 40 tersangka JI lainnya. Dia ditahan kepolisian Indonesia pada Februari 2003 terkait tuduhan kepemilikan surat-surat identitas palsu. Otoritas RI mendeportasi pria itu ke Singapura pada tahun 2006.
Sejak itu, Mas Selamat berada dalam tahanan di Whitley Road Detention Center. Dia ditahan sesuai Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri Singapura yang memungkinkan penahanan tanpa persidangan untuk waktu yang tak ditentukan.
Polisi, Tentara & Paramiliter Singapura Intensif Buru Kastari
Otoritas Singapura melakukan pengejaran intensif terhadap Mas Selamat Kastari, tersangka teroris nomor 1, yang kabur dari rutan Whitley, Rabu kemarin.
Kastari, warga Singapura kelahiran Indonesia, dituduh terlibat perencanaan pembajakan pesawat lalu menabrakkannya ke Bandara Changi.
“Dia belum tertangkap,” kata seorang jubir Kementerian Dalam Negeri Singapura pada AFP, Kamis (28/2). Ciri Kastari antara lain, berjalan pincang.
Seratus tentara terlibat dalam perburuan Kastari pada Kamis subuh. Sedangkan ratusan polisi memblokade kawasan di dekat sebuah taman yang dipenuhi pepohonan.
Puluhan pasukan paramiliter Gurkha Nepal dari satuan khusus Polisi Singapura juga diterjunkan di setiap beberapa meter di sepanjang jalan yang di dekat rumah tahanan tempat Kastari ditahan selama ini.
Mendagri Wong Kan Seng menyatakan, penangkapan kembali Kastari menjadi prioritas. Keamanan di semua titik pemeriksaan di daratan, laut dan udara ditingkatkan, termasuk area yang memungkinkan Kastari menyelinap keluar dari Singapura.
Wong juga meminta publik tetap tenang dan menegaskan bahwa memberi bantuan apa pun pada Kastari adalah kejahatan serius.
Sementara pembaca detikcom dalam surat elektroniknya melaporkan, sekarang pencarian dilakukan area Bukit Timah Road - Dunearn Road termasuk razia ke sekolah-sekolah di sekitarnya.
SBY Berharap Singapura Segera Tangkap Kastari
Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Mas Selamat Kastari kabur dari penjara Singapura. Presiden SBY pun berharap pemerintah negeri jiran itu, dapat menangkap tersangka teroris kelas wahid tersebut.
“Singapura bukan negara yang besar dan punya keamananan yang baik, mudah-mudahan Kastari dapat ditangkap kembali,” kata jubir Presiden SBY, Dino Patti Djalal, di kantor kepresidenan, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (28/2).
Menurut dia, pemerintah Indonesia telah meningkatkan kewaspadaan, terutama di perbatasan. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan koordinasi dengan pihak keamanan dan intelejen Singapura.
“Kita selalu kerja sama untuk menjamin keamanan perbatasan tetap terjaga, dan agar Kastari tidak menyeberang ke wilayah lain terutama Indonesia,” ujar Dino.
Saat ditanya apakah ada dugaan Kastari sudah menyeberang ke Indonesia, dia mengatakan, “mudah-mudahan tidak,” pungkasnya.
PEMERINTAH INDONESIA TINGKATKAN KEWASPADAAN
Sekalipun tidak melakukan pengamanan berlebihan, namun pemerintah Indonesia tetap meningkatkan kewaspadaan seiring informasi kaburnya pemimpin Jamaah Islamiyah (JI) Singapura Mas Slamet Kastari dari penjara.
“Tidak berlebihan (pengamanan yang dilakukan.red) tapi kita tetap meningkatkan kewaspadaan,” kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tetap akan berkoordinasi dengan pihak keamanan dan intelijen Singapura.
“Kita akan selalu bekerjasama untuk menjamin keamanan perbatasan tetap terjaga dan Kastari tidak menyeberang ke wilayah lain, terutama wilayah Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tentu saja akan ada peringatan bagi pengamanan di wilayah perbatasan.
“Tentunya akan ada peringatan, jadi kita masih berjaga-jaga terhadap kemungkinan itu,” katanya.
Namun, lanjut dia, selama Kastari masih berada di Singapura mudah-mudahan segera tertangkap kembali karena wilayah Singapura kecil dan pengamanan perbatasannya baik.
Disebutkan pula bahwa pemerintah Indonesia sangat prihatin dengan lolosnya Kastari dari penjara di Singapura.
“Kita berharap dalam waktu dekat dapat ditangkap kembali. Kita mengerti sekarang ada upaya pencarian besar-besaran terhadap keberadaannya,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Singapura menyampaikan bahwa Kastari pada Rabu (27/2) sore meloloskan diri dari rumah tahanan di Singapura.
Kastari melarikan diri dari penjara Whitley Road sekitar pukul 16.05 waktu setempat.
Pada Juni 2006, Kementerian Dalam Negeri Singapura mengumumkan bahwa Kastari dan empat anggota JI telah ditahan dengan menggunakan UU Keamanan Dalam Negeri (Internal Security Act) yang memungkinkan dilakukannya penahanan tanpa melalui proses pengadilan.
Kastari ditangkap di Indonesia oleh jajaran kepolisian Indonesia dan kemudian diserahkan kepada Singapura atas permintaan negara itu.
Polri Koordinasi dengan Polisi Singapura
Tersangka teroris nomor 1 di Singapura, Mas Selamat Kastari, kabur dari penjara. Secara resmi Polri memang belum menerima laporan dari pihak Singapura atas kaburnya pria kelahiran Indonesia itu. Namun Polri sudah mendengar kabar itu dan akan berkoordinasi dengan polisi Singapura.
“Kita akan koordinasi untuk melihat dari gejala awal kaburnya,” ujar Sekretaris NCB Mabes Polri Brigjen Iskandar Hasan kepada detikcom, Kamis (28/2) pukul 12.00 WIB.
Iskandar mengatakan, Polri akan bertemu langsung polisi Singapura untuk meminta penjelasan mengenai kaburnya pria yang disebut-sebut sebagai pimpinan Jamaah Islamiyah di Singapura itu.
“Dari Densus akan bertemu mereka. Kita akan tanya ada sounding-sounding ke mana dia. Kita akan bantu,” katanya.
Polri, lanjut Iskandar, akan mengupayakan datang ke Singapura. Namun masih belum diketahui kapan waktunya. “Secepatnya. Karena kan itu kewenangan mereka, larinya di sana,” jelasnya.
Kastari diduga terlibat dalam rencana penyerangan target-target Singapura termasuk Kedutaan AS dan gedung-gedung pemerintah. Kastari pernah meninggalkan Singapura pada Desember 2001 menyusul penangkapan hampir 40 tersangka JI lainnya.
Lalu dia ditahan kepolisian Indonesia pada Februari 2003 terkait tuduhan kepemilikan surat-surat identitas palsu. Otoritas RI mendeportasi pria itu ke Singapura pada tahun 2006. Sejak itu, Kastari berada dalam tahanan di Whitley Road Detention Center.
Kastari Kabur, Polri Amankan Jalur Perbatasan Singapura-RI
Polri akan berkoordinasi dengan polisi Singapura terkait kaburnya gembong teroris Mas Selamat Kastari dari penjara Singapura. Polri akan mengamankan secara ketat jalur lintas Singapura-Indonesia seperti Batam dan Medan.
“Kita kan sudah tahu jalur mereka. Yang dekat dengan Singapura itu kan Batam dan Medan sebagai jalur masuknya ke Indonesia. Kita akan pasang orang di sana,” ujar Sekretaris NCB Mabes Polri Brigjen Iskandar Hasan kepada detikcom, Kamis (28/2) pukul 12.00 WIB.
Kastari diduga terlibat dalam rencana penyerangan target-target Singapura termasuk Kedutaan AS dan gedung-gedung pemerintah. Kastari pernah meninggalkan Singapura pada Desember 2001 menyusul penangkapan hampir 40 tersangka Jamaah Indonesia (JI) lainnya.
Lalu dia ditahan kepolisian Indonesia pada Februari 2003 terkait tuduhan kepemilikan surat-surat identitas palsu. Otoritas RI mendeportasi pria itu ke Singapura pada tahun 2006. Sejak itu, Kastari berada dalam tahanan di Whitley Road Detention Center.
POLDA KEPRI SEBARKAN POSTER BURONAN SINGAPURA
Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Polda Kepri) menyebarkan poster buronan Singapura Mas Selamat Kastari di pelabuhan dan pusat-pusat keramaian kota Batam, Kamis.
“Diharapkan warga yang mengenali buronan itu bisa melapor ke polisi agar dia bisa segera ditangkap,” kata Kepala Polda Kepri Brigjend Pol Sutarman di Batam, Kamis.
Mas Selamat Bin Kastari, tersangka terorisme, kabur dari pusat penahanan di Jalan Whitley Singapura, Rabu pukul 16.05.
Poster buronan yang didakwa merencanakan penghancuran Bandara Changi itu juga disebar di pelabuhan-pelabuhan kecil yang berada di tengah perkampungan masyarakat.
“Karena polisi tidak mampu mengamankan seluruh pelabuhan,” katanya.
Menurut Kapolda, poster itu diharapkan menjadi informasi awal bagi masyarakat, karena Mas Selamat Kastari dianggap berbahaya.
Selain di pelabuhan-pelabuhan, Polda Kepri juga memasang poster lelaki yang diduga memimpin Jemaah Islamiah di Singapura itu di pusat perbelanjaan.
Mengenai pertemuan dengan Atase Pertahanan Singapura, Kapolda mengatakan hanya mengadakan perbincangan biasa.
“Pertemuan ini sudah dirancang tiga minggu lalu. Sebelum Selamat kabur,” katanya.
Menurut Sutarman, Selamat sangat mengenal seluk beluk Indonesia karena pernah menetap di Riau dan Jawa.
“Dia sangat tahu bagaimana cara-cara masuk ke Indonesia (secara ilegal),” katanya.
Selamat kabur setelah diizinkan ke kamar kecil usai bertemu keluarganya, Rabu sore.
Mas Selamat Kastari diduga merencanakan merampas pesawat yang akan digunakan untuk menabrak Bandara Changi, Singapura. Pada 2001 Jabatan Keselamatan Dalam Negeri (ISD) memburu dia atas tuduhan beberapa rencana terorisme.
Dia lari dan bersembunyi di Kepulauan Riau. Tahun 2003, dia tertangkap polisi di Bintan dan didakwa 18 bulan penjara karena kepemilikan KTP palsu.
Selepas dari penjara Tanjungpinang, dia kabur ke Jawa Timur.
Di bawah pimpinan Sutarman yang kala itu menjabat Direktur Reskrim Polda Jawa Timur, Mas Selamat Kastari kembali ditahan dua tahun penjara atas kepemilikan KTP palsu.
“Dia mengaku warga Kediri bernama Eddy dan memiliki KTP Kediri, padahal dia WNA,” kata Sutarman yang kini Kapolda Kepri.
Jumat (3/2/2006) Mas Selamat Kastari bebas dari kurungan penjara Polda Jatim yang kemudian menyerahkannya ke aparat keamanan Singapura.
DITUDUH MERENCANAKAN PEMBAJAKAN PESAWAT DAN JATUH DI BANDARA CHANGI
Satu pemburuan sedang dilakukan,Kamis terhadap seorang pemimpin jaringan kelompok garis keras Jemaah Islamiyah (JI) setelah ia melarikan diri dari rumah tahanan.
Mas Selamat bin Kastari, yang dituduh merencanakan pembajakan sebuah pesawat dan jatuh di Bandara Changi di Singapura, melarikan diri Rabu dari Pusat Tahanan Jalan Whitley , kata kementerian dalam negeri.
“Kami mengkonfirmasikan bahwa ia belum tertangkap,” kata seorang jurubicara kepada AFP. Kementerian itu mengatakan Kastari berjalan pincang dan tidak diketahui apakah ia membawa senjata.
Suratkabar Straits Times melaporkan ribuan polisi dikerahkan untuk memburu Kastari tetapi kementerian itu mengemukakan kepada AFP pihaknya tidak dapat memberikan jumlah itu.
Lusinan paramiliter Gurkha Nepal dari kontingen Polisi Khusus Singapura dikerahkan pada setiap beberapa meter sepanjang jalan sekitar pusat tahanan itu, yang terletak dekat Club Town Raffles, Rabu petang.
Fasilitas Jalan Whitley menampung para tahanan yang ditahan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Kendatipun tidak luas dan penduduknya padat, Singapura memiliki cadangan alam yang berhutan dan daerah resapan air yang dapat membantu rute pelarian dan tempat-tempat bersembunyi bagi seorang buronan.
Kementerian itu Juni 2006 mengumumkan bahwa Kastari dan empat anggota JI lainnya telah ditahan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri , yang mengizinkan penahanan tanpa diadili.
Kastari ditahan pihak berwajib Indonesia di Jawa Timur Januari tahun itu sebelum diserahkan kepada Singapura.
Pihak berwenang menuduh JI melakukan serangkaian serangan di seluruh kawasan itu termasuk bom-bom tahun 2002 di Bali yang menewaskan 202 orang.
Singapura, sekutu dekat AS, mengatakan negaranya adalah sasaran penting bagi para teroris.
Para pejabat mengatakan anggota kelompok garis keras berencana akan menyerang sebuah bus yang membawa para warga Amerika Serikat ke sebuah stasiun kereta api bawah tanah tahun 2001 tetapi pihak berwajib menggagalkan serangan itu dengan menahan 15 orang termasuk para anggota JI.
KEPOLISIAN MEMINTA MASYARAKAT MEWASPADAI KEHADIRAN KASTARI
Kepolisian Singapura meminta Polda Kepulauan Riau memperketat penjagaan di berbagai pelabuhan terkait kaburnya Mas Slamet Bin Kastari, tersangka terorisme, dari pusat penahanan di Jalan Whitley Singapura, Rabu pukul 16.05.
“Pihak Singapura sudah menghubungi kami dan meminta penjagaan agar teroris itu tidak lari ke Indonesia,” kata Kepala Polda Kepri Brigjen Pol Sutarman di Batam, Kamis.
Slamet Kastari, warga negara Singapura, terkait jaringan Jamaah Islamiyah (JI), dan didakwa terlibat dalam perencanaan pembajakan pesawat dari Bangkok, Thailand ke Singapura, sekitar lima tahun lalu.
Kapolda mengatakan koordinasi dengan kepolisian Singapura sudah dilakukan.
“Mereka juga sudah mengirimkan ‘red notice’(daftar merah),” katanya.
Menurut Sutarman, Slamet sangat mengenal seluk beluk Indonesia karena pernah menetap di Riau dan Jawa.
“Dia sangat tahu bagaimana cara-cara masuk ke Indonesia (secara ilegal),” katanya.
Kapolda mengatakan kepolisian meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai kemungkinan kehadiran Slamet di pelabuhan-pelabuhan rakyat (tidak resmi) yang tersebar di berbagai penjuru Kepri.
“Kepolisian tidak akan mampu menjaga seluruh pelabuhan,” katanya.
Jumat, direncanakan Kapolda mengunjungi beberapa pulau untuk menginformasikan dan meminta masyarakat waspada.
“Kalau Slamet bisa sampai di Indonesia dan melakukan terorisme di sini, perekonomian kita bisa kacau,” katanya.
Selain sempat menetap di Riau, Slamet juga pernah didakwa atas tuduhan kepemilikan KTP palsu.
Saat berita ini diturunkan, Kapolda mengadakan pertemuan tertutup dengan Atase Pertahanan Singapura.
Kepolisian Singapura kini melakukan pencarian besar-besaran untuk menangkap kembali Mas Slamet Bin Kastari.
Menurut Chanel News Asia, Selamat Bin Kastari (di media Indonesia ditulis Mas Slamet Bin Kastari) pernah ditangkap kepolisian Indonesia karena menggunakan kartu identitas palsu.
Berdasarkan penyelidikan, katanya, tim elite antiteror Polri menemukan bahwa Selamat adalah pemimpin jaringan teroris JI di Singapura.
Selamat dideportasi ke Singapura tahun 2006.
Ia yang kini berusia 45 tahun dan mempunyai empat anak, disebut-sebut terlibat dalam perencanaan penyerangan terhadap fasilitas asing dan lokal di Singapura.
Sasaran kelompok Slamet meliputi Kedubes Amerika Serikat, Klub Amerika, dan Kantor Pusat Departremen Pertahanan Singapura di Bukit Gombak serta gedung Kementerian Pendidikan di North Buona Vista Drive.
Slamet melarikan dari Singapura Desember 2001 setelah aparat keamananan negerinya melancarkan operasi terhadap organisasi terorisme.
Aparat Singapura mengindikasikan Selamat Kastari berencana menubrukkan tujuh truk berisi bom ke beberapa sasaran di Singapura.
Hasil penyelidikan juga menunjukkan Selamat adalah otak pelaku perencanaan pembajakan pesawat terbang yang akan ditubrukkan di Bandara Changi. (detikcom/Ant/c)

0 komentar: